HIDROLOGI
A. PENDAHULUAN
Studi tentang air dirasakan
semakin penting, terutama di negara-negara berkembang yang masih masalah budaya
dan teknologi dalam penelolaan air yang sesuai dengan lingkungannya. Cabang
ilmu yang mempelajari tentang air tersebut adalah Hidrologi. Secara etimologi,
berasal dari dua kata, yaitu hidro = air, dan logos = ilmu. Dengan demikian
secara umum hidrologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang air.
Konsep yang
umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek hidrologi menjadi lebih
jelas. Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di
atas maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta
reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.
Gambar 2.1 Obyek Maretial Hidrologi
Berdasarkan
konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas.
Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi:
1. asal mula
dan proses terjadinya air
2. pergerakan
dan penyebaran air
3. sifat-sifat
air
4. keterkaitan
air dengan lingkungan dan kehidupan
Hidrologi
merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam.
Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut
perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam
atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya, penyebarannya,
gerakannya dan lain sebagainya. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok
paling penting dalam atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000
hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas
beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila
seluruh uap air berkondensasi
(atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan
tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm.
Akibat panas
yang bersumber pada matahari, maka terjadilah:
1. Evaporasi
yaitu penguapan pada permukaan air terbuka (open water) dan permukaan tanah.
2. Transpirasi
yaitu penguapan dari permukaan tanaman.
Gambar 2.2. Siklus Hidrologi
Uap air
hasil penguapan ini pada ketinggian tertentu akan menjadi awan, kemudian
beberapa sebab awan akan berkondensasi menjadi presipitasi (presipitasi = yang
diendapkan atau dijatuhkan), bisa dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan
embun. Air hujan yang jatuh kadang-kadang tertahan oleh tajuk (ujung-ujung
daun), oleh daunnya sendiri atau oleh bangunan dan sebagainya. Hal ini diberi
istilah intersepsi. Besarnya intersepsi pada tanaman, tergantung dari jenis
tanaman, tingkat pertumbuhan, tetapi biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan
pertama. Kemudian sekitar 20% pada hujan-hujan berikutnya.
Air hujan
yang mencapai tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan tanah),
sebagian lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flor)
kemudian terkumpul pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off.
Hasil
infiltrasi sebagian besar menjadi aliran air bawah permukaan (interflow/sub
surface flor/through flor). Dan sebagian lagi akan mebasahi tanah. Air yang
menjadi bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut air soil.
Apabila
kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan airnya
akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah. Aliran air tanah
(ground water flow) akan menjadi sesuai dengan hokum-hukum fisika. Air yang
mengalir itu pada suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau,
sungai, laut menjadi depression storage (simpanan air yang disebabkan
oleh kubangan/cekungan), saluran dan sebagainya, mencari tempat lebih rendah.
Sirkulasi air yang berpola siklus itu tidak pernah berhenti dari atmosfir
ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi,
dan transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,
hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada
perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas
atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai
tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu
dalam tiga cara yang berbeda:
1. Evaporasi / transpirasi
Air yang ada di laut, di
daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan
menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik
air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air
memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian
terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir.
Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000
mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan,
danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga berasal dari
tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu disebut
Evapotranspirasi.
Gambar 2.3 Evaporasi
2. Infiltrasi
/ perkolasi kedalam tanah
Air bergerak ke dalam tanah
melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air
dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem
air permukaan.
Gambar 2.4 Infiltrasi Air
3. Air permukaan
Air bergerak diatas permukaan
tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit
pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah
dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama
lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut.
Air permukaan, baik yang
mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus
hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di
bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah
adalah wujud dan tempatnya.
B. PENGERTIAN AIR TANAH
Air
tanah adalah salah satu sumber air bersih yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan air yang terus meningkat khususnya didaerah perkotaan dan industri. Menurut
Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang
terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan
bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah
dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat
pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut
lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.
Cakupan
sebaran air tanah atau akifer yang cukup luas dan sifatnya yang relatif lebih
sulit terkontaminasi oleh polutan permukaan, membuat sumber air tanah menjadi
sumber air yang penting dan strategis. Disamping itu, air tanah juga berfungsi
sebagai media penopang beban permukaan.
Lebih
dari 98 persen dari semua air di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah
dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua persen sisanya terlihat
sebagai air di sungai, danau dan reservoir. Setengah dari dua persen ini
disimpan di reservoir buatan. Sembilan puluh delapan persen dari air di
bawah permukaan disebut air tanah dan digambarkan sebagai air yang terdapat
pada bahan yang jenuh di bawah muka air tanah. Dua persen sisanya adalah
kelembaban tanah.
C. JENIS AIR TANAH
Air
tanah dapat dibedakan atas air tanah yang tertekan dan yang tidak tertekan.
Airtanah bebas (water table) yaitu
lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas
lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water table
(preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama
dengan atmosfer. Memiliki karakter berfluktuasi terhadap iklim sekitar, mudah
tercemar dan cenderung memiliki kesamaan karakter kimia dengan air hujan.
Kemudahannya untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai air tanah
dangkal (Padahal dangkal atau dalam itu sangat relatif).
Air
tanah tertekan adalah airtanah terhalang inilah yang seringkali disebut sebagai
air sumur artesis (artesian well). Pola pergerakannya yang menghasilkan
gradient potensial, mengakibatkan adanya istilah artesis positif ; kejadian
dimana potensial airtanah ini berada diatas permukaan tanah sehingga airtanah
akan mengalir vertikal secara alami menuju kestimbangan garis potensial khayal
ini. Artesis nol ; kejadian dimana garis potensial khayal ini sama dengan permukaan
tanah sehingga muka airtanah akan sama dengan muka tanah. Terakhir artesis
negatif ; kejadian dimana garis potensial khayal ini dibawah permukaan tanah
sehingga muka airtanah akan berada di bawah permukaan tanah.
Tolman (1937) dalam Wiwoho
(1999:26) mengemukakan bahwa air tanah dangkal pada akifer dengan material yang
belum termampatkan di daerah beriklim kering menunjukan konsentrasi unsur-unsur
kimia yang tinggi terutama musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh adanya
gerakan kapiler air tanah dan tingkat evaporasi yang cukup besar. Besar
kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya air kontak dengan batuan.
Semakin lama air kontak dengan batuan semakin tinggi unsur-unsur yang terlarut
di dalamnya. Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat kegaraman air,
sebab semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar garam-garam yang
terlarut di dalamnya.
Todd (1980)
dalam Hartono (1999:7) menyatakan tidak semua formasi litologi dan kondisi
geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan,
akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
a. Lintasan air
(water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di
sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam.
Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil.
b. Lembah yang
terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan (abandoned
valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus sampai
kasar.
c. Dataran (plain),
ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang
berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang baik.
d. Lembah antar
pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada diantara dua
pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari
pegunungan di sekitarnya.
e. Batu gamping
(limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau diaklas-diaklas.
Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.
f. Batuan
vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir , ia
mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau
pori-pori dapat terisi air.
D. MODEL ALIRAN AIR TANAH
Model aliran airtanah itu
sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut
sebagai daerah imbuhan airtanah (recharge zone). Daerah ini
adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun
air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui
lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.
(Model
siklus hidrologi, dimodifikasi dari konsep Gunung Merapi-GunungKidul)
Proses penyusupan ini akan
berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau struktur batuan yang bersifat
kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona
jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah
luahan airtanah (discharge zone). Perbedaan kondisi fisik secara
alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir baik
secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur batuan dan parameter
lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran airtanah. Daerah aliran
airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone).
Dalam perjalananya aliran
airtanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang diatasnya memiliki
lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan
perubahan tekanan antara airtanah yang berada di bawah lapisan penutup dan
airtanah yang berada diatasnya.
Disamping air tanah bergerak
dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah ke atas (gaya kapiler).
Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum hidrolika, air bergerak
horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik. Gerakan air tanah
mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang melalui batuan
berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan
(Utaya, 1990:35).
E. ASAL-USUL DAN
SIFAT AIR TANAH
Adalah hal yang mutlak bagi
para birokrat pengelola sumber daya air (tanah), untuk memahami asal-usul (origin)
dan sifat-sifat (nature) air tanah, agar tidak terjadi
kesalah-pengertian tentang sumberdaya yang dikelola. Kesalah-pengertian
tersebut akan menjadikan tujuan mewujudkan kemanfaatan air tanah terutama bagi
kaum miskin pengelolaan tidak mencapai sasarannya, bahkan justru akan
menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterdapatan air tanah itu sendiri serta
kaum miskin tersebut.
Hal-hal pokok yang perlu dipahami tentang asal-usul dan
sifat-sifat air tanah adalah :
1. Pembentukan
air tanah
Air tanah adalah semua air
yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of
saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan ,
yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of
aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga
mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Air tanah adalah salah satu
faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari
urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer;
penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan,
pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan kembali (Kamus
Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah
berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat
dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup,
penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permiukaan.
Air tanah dan air permukaan
saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll)
terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian
sebaliknya.
2. Wadah
air tanah
Suatu formasi geologi yang
mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air tanah dalam jumlah
berarti ke sumur-sumur atau mata air – mata air disebut akuifer. Lapisan pasir
atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai
akuifer. Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut dialasi oleh lapisan
lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah, misalnya lempung,
dikenal sebagai akuitard. Lapisan yang sama dapat juga menutupi akuifer, yang
menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di bawah tekanan (confined
aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang menyadap air
tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan tanpa
membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di atasnya, air
tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan
tekanan udara luar.
Semua akuifer mempunyai dua
sifat yang mendasar: (i) kapasitas menyimpan air tanah dan (ii) kapasitas
mengalirkan air tanah. Namun demikaian sebagai hasil dari keragaman geologinya,
akuifer sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan simpanan)
dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran geografinya). Berdasarkan
sifat-sifat tersebut akuifer dapat mengandung air tanah dalam jumlah yang
sangat besar dengan sebaran yang luas hingga ribuan km2 atau
sebaliknya.
Ditinjau dari kedudukannya
terhadap permukaan, air tanah dapat disebut (i) air tanah dangkal (phreatic),
umumnya berasosiasi dengan akuifer tak tertekan, yakni yang tersimpan dalam
akuifer dekat permukaan hingga kedalaman – tergantung kesepakatan – 15 sampai
40 m. (ii) air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni
tersimpan dalam akuifer pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air
tanah dangkal hingga kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan
oleh masyarakat (miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah dalam
dimanfaatkan oleh kalangan industri dan masyarakat berpunya.
Sebaran akuifer serta
pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan administratif
pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan geologis yang
mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran luas, disebut cekungan air
tanah.
3. Pengalihan
dan imbuhan air tanah
Air tanah dapat terbentuk atau
mengalir (terutama secara horisontal), dari titik /daerah imbuh (recharge),
seketika itu juga pada saat hujan turun, hingga membutuhkan waktu harian,
mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun, ratusan tahun, bahkan ribuan tahun,,
tinggal di dalam akuifer sebelum muncul kembali secara alami di titik/daerah
luah (discahrge), tergantung dari kedudukan zona jenuh air, topografi,
kondisi iklim dan sifat-sifat hidrolika akuifer. Oleh sebab itu, kalau
dibandingkan dalam kerangka waktu umur rata-rata manusia, air tanah
sesungguhnya adalah salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan.
Saat ini di daerah-daerah
perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah sangat intensif, seperti di
Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan, muka air tanah dalam (piezometic
head) umumnya sudah berada di bawah muka air tanah dangkal (phreatic
head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang sebelumnya air tanah
dalam memasok air tanah dangkal (karena piezometic head lebih tinggi
dari phreatic head), saat ini justru sebaliknya air tanah dangkal
memasok air tanah dalam.
Jika jumlah total pengambilan
air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui jumlah rata-rata imbuhan, maka
akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus serta pengurangan cadangan
air tanah dalam akuifer. (Seperti halnya aliran uang tunai ke dalam tabungan,
kalau pengeluaran melebihi pemasukan, maka saldo tabungan akan terus
berkurang). Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi demikian disebut pengambilan
berlebih (over exploitation) , dan penambangan air tanah terjadi.
4. Mutu
air tanah
Sifat fisika dan komposisi
kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah secara alami sangat dipengaruhi
oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui air
tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut akan berubah manakala
terjadi intervensi manusia terhadap air tanah, seperti pengambilan air tanah
yang berlebihan, pembuangan libah, dll
Air tanah dangkal rawan (vulnerable)
terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar dari permukaan. Namun karena
tanah/batuan bersifat melemahkan zat-zat pencemar, maka tingkat pencemaran
terhadap air tanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan akuifer, besaran
dan jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di zona takjenuh, serta batuan
penyusun akuifer itu sendiri. Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah
dalam di daerah-daerah perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya,
menjadi sangat rawan pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah
tersebut sudah tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit
penyakit yang berasal dari air (water born diseases).
F. PENELITIAN
TENTANG AIR TANAH
- Penentuan asal-usul air tanah
- Penentuan hubungan antara air tanah dengan air permukaan
- Garis muka dan mekanisme intrusi air laut
- Asal usul salinitas pada air tanah
- Penentuan arah gerakan air tanah
Penelitian gerakan airtanah
Jakarta berdasarkan usia airtanah
Pendekatan
Isotop Alam
Dalam
penelitian air tanah dengan pendekatan isotop alam, perlu dipasang beberapa
alat penangkap curah hujan pada ketinggian yang berbeda dan mencakup daerah
yang diteliti. Kemudian sampel air hujan dari alat terpasang dianalisis
kandungan isotop alamnya khususnya O-18dan H-2. Dari hasil analisis ini akan
dapat dibuat beberapa grafik linear sebagai grafik karakteristik basin air
tanah tersebut. Diantara grafik linear yang sangat penting tersebut adalah:
- Grafik antara H-2 dengan O-18 (local meteoric water line)
- Grafik antara O-18 dengan elevasi
- Grafik antara H-2 dengan elevasi
Dengan
bantuan grafik ini, hasil analisis komposisi isotop alam dan kandungan unsur
kimia dari contoh air tanah yang dikumpulkan dapat mengungkap antara lain:
daerah resapan air tanah, asal usul air tanah, hubungan antara air tanah dengan
air permukaan, garis muka dan mekanisme intrusi air laut. Jenis isotop alam
yang paling penting dan sering digunakan adalah: O-18, H-2, H-3, dan C-14.
Pendekatan
Isotop Buatan
Penentuan
arah gerakan air tanah adalah salah satu jenis pekerjaan dalam air tanah yang
dapat dilakukan dengan pendekatan isotop buatan.
G. PENCEMARAN
AIR TANAH
Pencemaran
air tanah dapat disebabkan oleh limbah domestik, limbah industri dan libah
pertanian.
1. Limbah domestik dapat
berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel
dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan
wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
a. Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis
sampah ini tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable),
misalnya kan-tong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air
mineral, dsb.
b. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli,
cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
2. Limbah domestik dapat berasal dari daerah:
pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain;
kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat
berupa limbah padat dan cair.
a. Limbah industri berupa limbah padat yang
merupakan hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal
dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas,
rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
b. Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan
dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan
logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan
boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam.
3. Limbah pertanian berupa sisa-sisa pupuk
sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea. Pestisida pemberantas hama tanaman, misalnya
DDT.
H. DAMPAK PENCEMARAN AIR TANAH
Limbah cair rumah tangga berupa; tinja,
deterjen, oli bekas, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air
tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikro-organisme
di dalam tanah.
Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu. Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau.
Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu. Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar